SURABAYA, JAWA TIMUR – Pelabuhan Tanjung Perak di Surabaya, Jawa Timur, sempat mengalami penutupan sementara di area tertentu menyusul kedatangan satu kontainer cengkeh yang diduga kuat terkontaminasi zat radioaktif Cesium 137 (Cs-137). Cengkeh tersebut merupakan komoditas ekspor Indonesia yang dikembalikan oleh otoritas Amerika Serikat (AS) setelah terdeteksi paparan radiasi.
Insiden ini segera ditindaklanjuti oleh Satuan Tugas (Satgas) Penanganan Cesium-137 untuk mencegah risiko kontaminasi meluas.
Penutupan Kawasan Pelabuhan untuk Lokalisasi
Ketua Bidang Diplomasi dan Komunikasi Satgas Penanganan Cesium-137, Bara Hasibuan, dalam keterangan tertulisnya, Senin (3/11/2025), membenarkan bahwa penutupan kawasan pelabuhan merupakan tindak lanjut penanganan kontainer dan isinya yang terindikasi radioaktif.
"Telah dilakukan penanganan dengan menutup kawasan pelabuhan... Penutupan pelabuhan adalah tindak lanjut penanganan kontainer dan isinya yang diduga terkontaminasi radioaktif," jelas Bara.
Tindakan ini dilakukan segera setelah kontainer yang ditolak AS tersebut tiba di Dermaga Terminal Petikemas Surabaya pada Rabu (29/10/2025).
Langkah Selanjutnya: Dekontaminasi dan Pemusnahan
Satgas Penanganan Cs-137 bersama Badan Pengawas Tenaga Nuklir (BAPETEN), Kesyahbandaran dan Otoritas Pelabuhan Tanjung Perak, serta Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) langsung melakukan pemeriksaan menyeluruh di area kedatangan kontainer.
Langkah-langkah yang diambil adalah:
Lokalisasi (Penyegelan): Kontainer berisi cengkeh yang terdeteksi Cs-137 segera disegel dan dilokalisir di area khusus.
Dekontaminasi: Dilakukan proses pembersihan zat radioaktif dari kontainer.
Pemusnahan: "Produk yang diketahui terdeteksi Cs-137 akan dilokalisir (disegel) untuk selanjutnya dilakukan langkah dekontaminasi dan dimusnahkan," pungkas Bara, memastikan cengkeh yang terkontaminasi tidak akan beredar.
Satgas juga memastikan bahwa hasil analisis sampel cengkeh dari lokasi lain di Surabaya dan Pati menunjukkan hasil yang negatif, dan hanya satu kontainer ini yang menjadi suspect utama. Pemerintah berupaya keras melokalisir kontaminasi ini agar tidak merusak reputasi ekspor komoditas rempah Indonesia.

0 Komentar